Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Perahu Kertas

Perahu Kertas             Arif duduk diatas tempat tidur mama, menunggu hujan yang tak reda dalam dua hari, selama itu Arif tak pergi ke TPQ, selama itu pula dia tak diizinkan keluar rumah oleh mama. Genangan air di halaman depan rumahnya makin meninggi, dia berharap hujan segera berhenti agar bisa bermain perahu-kertas bersama teman-temannya diluar.   Segera ia mengambil buku tulis dari dalam tas diatas lemari. Dirobeknya buku tulis bagian tengah, dia mulai melipat-lipat, membuat perahu kertas yang diajarkan nenek waktu berkunjung kerumahnya dua minggu lalu. Arif berlari menuju ruang depan dan lalu berdiri diatas kursi panjang, memegangi perahu kertas yang baru saja selesai dibuatnya,   membuka jendela dan melongok keluar. Hujan masih lebat dan bahkan rasanya semakin lebat, tak seorangpun teman dilihatnya. Angin dingin menerpa wajahnya, meninggalkan titik-titik putih lembut di wajah dan poni yang menutupi alisnya. Segera ia mengusapnya dan seketika itu wajahnya telah menjadi b

bukit Ranggawulung

Aku disini, dilantai atas kantorku, dengan  jendela yang bisa mmbuatku mudah memandangi langit dan deretan bukit Ranggawulung, yg menghiasi latar belakang kotaku disebelah selatan, juga menjadi latar belakang setiap peristiwa yang kualami selama aku kecil hingga saat ini selama aku dikota ini. Jika saja kotaku sudah mengalami begitu banyak perubahan, mungkin hanya bukit Ranggawulunglah yang tidak pernah berubah, hanya saja warnanya yg berganti sesuai musim..... Setidaknya itu yang kulihat dari sisipandangku aku disini, dilantai atas kantorku, entah sudah berapa hari kulalui disini, diruangan ini, formasi meja dan lemari sudah banyak mengalami perubahan, aku memandangi deretan bukit Ranggawulung setiap pagi, setiap hari, setiap saat aku berada disini, diruang kantorku ini.  Banyak hal yg terjadi diluar sana,diluar kepalaku, namun satu hal yang tidak pernah berubah dialam fikir ini dalam kepalaku sejak bertahun-tahun ini. Aku disini, dilantai atas kantorku, dengan fikir yg tak

Malam tadi

Bintang menghias malam, dingin menyisakan embun, bercengkrama pada bunga yang merentangkan kelopaknya…. Aku lebih memilih dibalik selimut, mencoba memejamkan mata ini sebelum   fajar mengharuskanku utk lekas bergegas, sebelum matahari mengembalikan embun keatas langit. Aku begitu sangat mengantuk, tapi suara di kepalaku membuatku tetap terjaga padahal pagi ini sudah jam tiga. Kadang-kadang bisikan hati juga turut serta bercerita…… desir Freon kulkas bagai pemotong rumput, kadang-kadang berhenti, lalu tiba-tiba berbunyi lagi…. detak jam dinding seperti dentuman meriam di hening pagi ini, meski kuterus berharap bahwa lelap ini mampu merajut saraf2 dikelopak mata ini untuk bisa melewati sisa pagi yang harus kulalui…. Entah, kapan ku menyadarinya, saat suara jam dinding terdengar begitu indah, Freon kulkas sperti melantunkan symphony, merangkai suara merdu yang mengantarkanku pada sebuah nama yang selalu kurindu….. Aku menemukan diriku dian